Tak ada yang
dapat mengalahkan nikmatnya susu kental hangat menemani sehelai roti di
tengah hujan lebat yang turun beriak di kota jogja. Pun tak ada yang sanggup
menyaingi hangatnya mentari pagi beradu dengan bunga desember sedang malu-malu
menampakkan semburatnya.
Sempurna
Tanah yang
dikecupi rintik hujan dengan mawar merah selalu meneteskan embun.
Aku merindu
pada hal itu, yang entah bagaimana caranya mengingatkanku padamu. Pada suaramu yang seperti aerosol menggema disetiap sudut kamarku.
Ah, betapa
aku merindu
Rindu tentang
dirimu
Rindu ini setiap saat muncul bertepatan dengan matahari yang mulai tenggelam, atupun
gerimis yang mulai menyeruak. Bahkan terkadang aku merindu ketika engkau berada
didekatku.
Suara yang
menenangkan, meneduhkan.
Aku pernah
berkata, kalau suaramu itu satu-satunya hal yang mampu mengalahkan denting
gerimis yang masuk melewati celah atap. Mereka mengintip pelan lewat sela genting
dengan malu-malu. Begitu halus dan sunyi. Seperti itulah suaramu.
Dan kamu
malah tertawa
Mendengar suara
tawamu, ah sepertinya semua perempuan suka, tak terkecuali aku.