boleh meminta waktumu sebentar ?

Ada yang ingin aku bicarakan padamu, tentang apa-apa yang takut aku salah artikan. Tentang siapa merindukan siapa. Tentang apa menginginkan apa. Adakah kata saling terkandung ? Adakah hubungan sebab akibat yang terlibat di sana ?.

Aku akan memulai untuk berbicara tentang akhiran. Tentang ujung dari sebuah perjalanan, atau mungkin adalah pangkal dari perpisahan. Perjumpaan, perjanjian, pengorbanan, penyesalan, kemarahan, kesedihan adalah serangkai kata yang mungkin bermunculan seiring dengan kedatanganku dihadapanmu. Mungkin dalam beberapa waktu aku denganmu, belum pernah ada sejenis kebahagiaan yang menghampiri. Aku yang terlena, atau memang aku membuatmu menderita pun aku belum mengerti.

Maaf, harusnya aku ucapkan hal itu dari semenjak dulu. Namun toh, aku tetap membeku. Hal itulah yang membuatmu menyerah. Menghadapi anak sepertiku membuatmu enggan meneruskan perjalanan. Aku tahu bahwa kamu marah,-memangnya sejak kapan aku tak membuatmu marah- tapi bisa apa aku ? Aku hanya terdiam, mencoba kembali membaca pesan yang mungkin menyisa pada ekor matamu. Tapi aku tak menemukan apa-apa. Aku tahu, semuanya telah berakhir bahkan disaat kita belum mulai berbicara.

Ada hal yang ingin aku katakan padamu.
tidak ada kebencian yang ingin kusampaikan.
hanya kepedulian yang terus saja sering hinggap
menunggu untuk kuucap, tapi harus kutahan.

Ada hal yang ingin kukatakan padamu.
tidak ada kebencian yang ingin kusampaikan.
hanya perasaan yang belum bisa hilang.
perasaan yang memang tidak mudah berhenti dan berubah.
aku hanya menunggu kuasaNYA membolak-balikkan hatiku.


mendung

Aku mencumbumu dalam diam
Mengecup setiap kemalangan
Menjajari dalam erangan malam
Bersembunyi di kebakaan

Aku memandangmu pada sepi
Merengkuhmu  dalam helaan
Menyajimu pada jemari
Ada sebaris luka disana
Darahnya mengalir merana
Anyir,
Ku sesapi, perihnya abadi.

surat untuk bunda



Untuk Bunda terkuat


Bunda, bagaimana denganmu ? Ku harap, jawabanmu yang baik-baik saja benar-benar terjadi. Bukan untuk menenangkanku, ataupun menghiburku. Bundaku yang baik , aku harap bunda tidak pernah membaca tulisan antah-berantah ini. Ini keadaan sebenarnya tentang anakmu bun.

Bunda…bolehkah aku berkata takut ? kalau boleh, aku akan bercerita tentang apa yang aku takutkan selama ini.

Bun..aku takut saat harus pulang malam. Aku takut harus menyeberang jalan kaliurang yang padat ketika mulai memasuki petang, aku ngeri melihat mobil dan motor saling berkejaran. Terkadang, aku harus berdiri lama menunggu sepinya pengguna jalan. Bahkan, saking lamanya berdiri..sering kali aku didatangi tukang ojek hanya untuk sekedar membantuku melewati beringasnya lampu jalanan.

Bun..aku takut ketika harus melewati jalan menuju shelter yang gelap gulita. Aku takut kejatuhan dahan pohon yang kukira hantu. Aku selalu berjalan cepat, tanpa menengok apapun. Bunda..kakiku mulai merengek, ia mulai mengejang bila aku berjalan secepat yang aku mampu. Bun, aku takut kalau tiba-tiba kakiku minta berhenti disaat aku harus terus berjalan.

Bunda…aku takut ketika menunggu di shelter sendirian, aku takut bila ada segerombolan pemuda mulai bertindak aneh.

Bun…sejak aku berpisah denganmu, aku mulai sulit tidur. Dua tahun berlalu bun…dan setiap pukul satu malam aku terbangun. Seringkali aku memikirkan bunda. Bunda aku takut bila bunda dan ayah lelah mengahadapiku. Bunda, aku takut bila aku dibiarkan jalan sendirian.

Bunda..kupikir mulai sekarang aku tidak mengenali tubuhku lagi. Bun..aku sekarang takut makan ayam, perutku mual setiap kupaksa makan. Aku juga tidak terlalu suka kopi, lambungku sakit bila sedikit saja mencicipi kafein itu. Bunda Aku tidak suka coklat, cemilan yang dulu paling aku suka, dia membuatku muntah sekarang. Bun, akhir-akhir ini aku benci makan. Aku lelah dengan ritual “harus makan”. Bun aku benar-benar ketakutan.

Bunda,,bagaimana ini ? Aku saja tidak mengenali tubuhku sendiri, lalu siapa yang akan membantuku bun…

 Bunda tolong aku


Gadis setangkas angin

akan ada

Tidak perlu mengerti
kamu hanya perlu tahu
akan ada orang-orang yang membantumu
orang-orang ynag tidak sekalipun engkau kenal
mereka sejenis dengan yang hilang
seperti angin
manghamburkan rambutmu
dan entah terbang kemana
mereka ada, datang dan hilang
percayalah.....

sesal

belum-belum jenuh
bahkan sekalipun tidak bisa dibilang bosan
ia tetap terikat, seorang. Sendirian.
Bukan-bukan tanpa pemikiran
Ia sadar, sepenuhnya.
Maka, ia mulai menyeduh kopi
membiarkan aromanya berhamburan
kemudian, ia menyesap. Pahit !

tuan mendung


belum-belum jatuh
walau tidak bisa dibilang kokoh
ia berusaha mati-matian menjaganya agar tidak terjatuh
tapi ia juga menyadari,
bahwa sebaiknya dibiarkan saja bertahan semampunya

maka malam ini, ia menyesap kopi.
sendirian, seperti biasa
membiarkannya tumbuh secara sehat
ia cuma ingin jadi pemain yang baik
yang membiarkan segalanya terjadi tanpa rekayasa,
tanpa skenario yang disiapakan
 
celeochrom Blog Design by Ipietoon