Untuk kenanganku, bukan kenanganmu

Sekarang, di tempat ini sedang hujan. Tempat kita dahulu menghabiskan senja bersama. Hujan turun dengan perlahan, lama, sedikit demi sedikit. Menumpahkan isinya secara lamban. Ya di sudut itu, kita sering melihat hujan. Menikamati udara yang teraerosol oleh bau tanah. Kamu suka itu. Katamu, bau paling enak yang pernah kamu nikmati adalah bau tanah setelah hujan. Kamu juga pernah berkelakar, akan membeli segepok parfum bila ada yang menjual harum hujan itu. Dan aku tertawa, menikmati setiap detik percakapan kita. Aku akan selalu ingat setiap kata yang keluar dari mulutmu.

Sekarang disini, disaat hujan. Aku kembali mengingatnya. Memutar ulang kenangan yang sempat aku kubur. Kenangan bersamamu. Kenanganku, bukan kenanganmu. Aku takut menyebut itu kenangan kita, karena hanya aku yang masih menyimpannya. Kamu? mungkin kamu sudah lupa memiliki kenangan denganku atau bahkan bersamaku dianggap tak pernah ada? aku berharap pilihan pertama, karena paling tidak aku pernah mengisi hari-harimu walau sementara. Memang sebentar, tapi bagiku itu membekas.

Sekarang, bagaimana denganmu? Bahagiakah bersamanya? Semoga iya. Karena aku pun akhirnya menemukan alasan untuk bahagia, meskipun tanpamu. Ya, aku bahagia bersama kenangan yang tersimpan rapi dalam memori. Asal kamu tahu, bahagiaku adalah segal hal tentangmu. Tidak, aku tidak pernah menyesal mengenalmu. Aku berterimakasih untuk mengenalmu-berdekatan denganmu-memiliki hubungan-bermasalah-hubungan berakhir. Semua hal itu mendewasakanku. Membuatku mengerti bahwa berhubungan denganmu layak dijadikan kenangan, seperih maupun sesingkat apapun itu. Aku bahagia.


Sekarang ini, terimakasih hujan. Terimakasih mengingatkanku padamu, pada kenanganku. Sekali lagi, kenanganku bukan kenanganmu.

1 komentar:

 
celeochrom Blog Design by Ipietoon